Kamis, 28 November 2019

Seni Sastra Peninggalan Hindu Budha

      SENI SASTRA PENINGGALAN HINDU
       
    • Kitab Kresnayana
      https://budayajawa.id/kitab-kresnayana/

               Kitab Kresnayana dikarang oleh Mpu Triguna yang isinya menceritakan tentang riwayat hidup Kresna yakni seorang anak yang mempunyai kekuatan besar akan tetapi sangat senang menolong orang lain. Dalam Kitab ini diceritakan tentang Kresna yang sangat disukai oleh rakyat dan ia menikah dengan Dewi Rukmin.  Apabila diartikan secara harafiah, maka Kresnayana berarti perjalanan Krena ke negeri Kundina tempat Sang Rukmini. Dewi Rukmini, putri dari Prabu Bismaka di negeri Kundina tersebut sudah dijodohkan dengan Suniti yang merupakan raja negeri Cedi. Akan tetapi, ibu dari Rukmini yakni Dewi Pretukirti lebih ingin putrinya menikah dengan Kresna. 
                Oleh sebab itu, pada hari besar yang semakin dekat, Suniti dan Jarasanda pamannya datang ke Kundina dan Pretukirti serta Rukmini secara diam-diam memberitahu Kresna untuk datang secepat mungkin dan Rukmini serta Krena melarikan diri. Mereka kemudian dikejar oleh Suniti, Jarasanda serta Rukma adik dari Rukmini sekaligus bersama dengan tentara mereka. Kresna lalu berhasil semua dan hampir saja membunuh Rukma, akan tetapi Rukmini mencegahnya lalu mereka berdua pergi ke Dwarwati lalu menggelar pesta pernikahannya disana.

      2. Kitab Pararaton


      https://www.google.com/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd=&ved=2ahUKEwiBhs6wl4jmAhUbdCsKHYb8CZoQjRx6BAgBEAQ&url=https%3A%2F%2Febooks.gramedia.com%2Fid%2Fbuku%2Fkitab-pararaton&psig=AOvVaw0d5JjWx8Ouv5VIsQylwRl2&ust=1574868196825389

                Kitab "Pararaton" atau kitab Pustaka Raja adalah sebuah kitab yang memuat tulisan tentang perjalanan Ken Arok dalam membangun kerajaan Singasari dan tentang silsilah Raja-raja selanjutnya termasuk Kertanegara yang diceritakan dalam kitab tersebut. Kitab ini ditulis pada tahun 1613 yang merupakan masa kerajaan Mataram islam.

      3. Kakawin Bharatayudha
      Gambar 1.1 Kitab Kakawin Bharatayudha

      Sumber: https://www.google.co.id/search?dcr=0&biw=1366&bih=613&tbm=isch&sa=1&ei=X4kjWobRDsjG0gS5nbCQCw&q=kitab+kakawin+baratayuda&oq=kakawin+ba&gs_l=psy-ab.
             Kakawin Bharatayuddha adalah salah satu dari beberapa dari karya sastra Jawa Kuno yang tetap dikenal pada masa Islam. Dalam pertunjukan wayang, beberapa bagian dari bhatarayudha dinyanyikan sebagai bagian dari nyanyian suluk, bahkan juga dalam pertunjukan wayang yang bernafaskan islam. 

       4. Kitab Sumanasantaka

      https://www.google.com/search?q=kitab+sumanasantaka&safe=strict&client=firefox-b-d&sxsrf=ACYBGNS4WJqhcfqk5koIJ7IYxH662zn5vw:1575124481197&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwiO3bb5k5LmAhVSfSsKHQr1A0AQ_AUoAXoECAoQAw&biw=1366&bih=626#imgrc=Y1PfVnfUbBymzM:
              Kitab sumanasantaka menceritakan seorang bidadari yang dikutuk lalu menikah dengan seorang raja dan melahirkan seorang putra yang bernama dasaratha.

      5. Kitab Smaradhana

      https://www.google.com/search?q=kitab+smaradahana&safe=strict&client=firefox-b-d&sxsrf=ACYBGNSlAmC01rGPV2MuN8g1NRlteyNreA:1575125213426&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwj5tcrWlpLmAhVVbysKHeyCDGMQ_AUoAXoECAwQAw&biw=1366&bih=626#imgrc=IuEhO2jjp7zNhM:

              Kitab ini merupakan suatu karya sasra jawa kuno dalam sebuah bentuk kakawinan, yang telah menceritakan dengan sebuah kisah pembakaran batara kamajaya. kitab ini juga termasuk karya sastra jawa yang sudah cukup tua.

      6. Kitab Arjuna Wijaya

      https://ilmuseni.com/seni-sastra/karya-sastra-bercorak-budhahttps://ilmuseni.com/seni-sastra/karya-sastra-bercorak-budha



                  Arjunawijaya merupakan kakawin lain yang ditulis oleh tangan Mpu Tantular. Kakawin atau kitab ini menceritakan mengenai peperangan antara Prabu Arjuna Sahasrabahu dan pendeta Parasu Rama. Tampaknya karya Mpu Tantular memang selalu terkenal, karena selain sutasoma, naskah ini pun sangat populer. Dikatakan begitu karena begitu banyak naskah dalam bahasa Bali dan Jawa Kuna. 

      7. Kitab Negarakertagama  


      https://situsbudaya.id/kitab-negarakertagama/

                  Kitab Negarakertagama atau disebut juga dengan Kakawin Negarakertagama memiliki judul asli Desawarnana, kitab ini ditulis oleh Mpu Prapanca ini merupakan sumber sejarah yang begitu dipercaya. Kitab negarakertagama ini ditulis pada masa kerajaan Majapahit masih berdiri di bawah pemerintahan Sri Rajasanagara atau dikenal juga dengan nama Hayam Wuruk.
                   Kitab ini menceritakan banyak hal-hal yang penting yang diantaranya mengenai istilah raja-raja Majapahit, keadaan kota Raja, Candi Makam Raja, upacara Sradha, wilayah Kerajaan Majapahit, negara-ngara bawahan Majapathit dan hal-hal lainnya.
                  Dari uraian kitab Negarakertagama inilah kita bisa mengetahui asal-usul Kerajaan Majapahit dari pandangan sosial ekonomi, sosial budaya, politik luar ngeri dan dari sisi lainnya secara lebih mendalam. Penelitian mengenai keberadaan Majapahit ini bisa juga ditunjang pada prasasti-prasasti pendukung diantaranya prasasti Bendasari, prasasti Kudadu, prasasti Waringin Pitu, prasasti Trawulan dan prasasti-prasasti lainnya.

      8. Kitab Sutasoma

      Gambar 1.5 Kitab Sotasoma

      Sumber: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsAYSgdzH2w0z2J5dHOgrmFAHnKV6b3HkmAcv_uZpvH3ZaUNxpjRYGWY4bU86R2JKMzjIe2aXuyYgSlDfgYxUfTv26DgwIisuMRjdLO4IrmA78WG3p_U2uLLxf4AQS-nQYhCZknfzJBO4/s1600/sutasoma.jpg
      Karya Empu Tantular, yang berisi tentang anak raja yang menjadi pendeta Buddha. Anak raja ini rela mengorbankan dirinya untuk kesejahteraan semua mahluk. Oleh sebab itu, banyak orang yang tertolong olehnya. Di dalam kitab juga terdapat ungkupan yang berbunyi : “Bhineka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrawa” yang saat ini dipakai sebagai lambang NKRI.


      SENI SASTRA PENINGGALAN BUDDHA

      1. Kitab Kunjarakarna


      Gambar 1.7 naskah kunjarakarna

      Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/b/b6/Kunjarakarna_LOr_2266.jpg
      Naskah nipah Kuñjarakarna yang disimpan di Universitas Leiden sebagai naskah Orientalis 2266, halaman 1 verso. Berisi tentang raksasa Kunjarakarna yang sangat ingin berubah menjadi manusia. Raksasa ini menghadap Wairocana dan diizinkan melihat neraka. Sebab ia taat kepada agama Buddha, maka keinginannya di kabulkan.
      2. Kitab Ramayana

      https://www.google.com/search?q=kitab+ramayana&safe=strict&client=firefox-b-d&sxsrf=ACYBGNSFc_Grbxh-798_BQh0lP7I_R3Yyg:1575126532074&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwikrq7Lm5LmAhVOfX0KHSXpBHcQ_AUoAXoECBIQAw&biw=1366&bih=626#imgrc=7B3yspsyZlfiyM:
              Kitab ramayana kakawinan menjadi satu-satunya karya sastra dari masa sebelum pu sindok yang masih dapat bertahan. walau ada satu naskah lagi yang oleh para ahli sementara dimasukkan kedalam kelompok karya sastra sebelum pu sindk yaitu naskah candakarana.

      3. Kitab Pramanavartika

             Pramanavartika merupakan karya sastra dalam bentuk kitab. Di tulis oleh darma kirti dan merupakan salah satu dari banyak peninggalan kerajaan sriwijaya. kita ini merupakan satu-satunya karya sastra dalam bentuk kitab pada peninggalan kerajaan sriwijaya. Tidak ada sumber jelas yang menyatakan isi dari kitab ini. tetapi perlu diketahui dengan adanya kitab ini, berarti membuktikan bahwa memang benar bahwa penyebaran ajaran hindu ataupun buddha indonesia turut berpengaruh pada seni sastra. Dan kitab ini merupakan salah satu karya sastra diindonesia.

Kamis, 21 November 2019

Relasi Persahabatan Hindu-Buddha

Relasi Persahabatan Hindu-Buddha 
di Pusdiklat Sikkhadama Santibhumi, Serpong dan Pura Merta Sari Rempoa



LAPORAN OBSERVASI

Kelompok 4:
1. Aeni Nurul Latifah
2. Dila Ardana
3. Siti Maryam Fikriyah

Minggu 20 Oktober 2019, kami melakukan kunjungan ke Vihara Pusdiklat Shikkadama Santibhumi, Serpong atau bisa disebut dengan Pusdiklat Sangha Theravada Indonesia. Disana kami melakukan wawancara dengan pengurus Vihara yang bernama ibu Damai, ia menceritakan tentang sejarah berdirinya Vihara Pusdiklat ini, ia mengatakan bahwa tanah yang digunakan untuk membuat tempat ini merupakan hibah dari Bapak Pranoto Latif. Awal mulanya akan dibuat Vihara, namun karena izinnya sulit maka dibuatlah Pusdiklat. Pusdiklat merupakan Pusat Pendidikan dan Latihan dimana ini dibangun untuk para calon Bikkhu seluruh Indonesia. Dalam pelatihan di Pusdiklat ini, para Bikkhu harus melakukan “berwasa” selama tiga bulan dalam satu tahun. Berwasa dilakukan dengan cara berdiam diri, tidak boleh keluar dari Vihara, Pusdiklat ini juga merupakan pusat dari Sangha Theravada Indonesia, serta dipimpin oleh presiden yang mereka sebut Sanghanayaka.
Di pusdiklat ini terdapat beberapa lantai. Lantai pertama, merupakan lantai serbaguna, bisa dijadikan tempat pasamuan para bikkhu, dan berdana. Lantai kedua, terdiri dari ruang-ruangan untuk puja bhakti dari jenjang pra-TK sampai SD. Lantai tiga, tempat Puja Bhakti secara umum. Sebelum memasuki Vihara, umat Buddha harus melaukan penghormatan kepada sang Buddha. Perlu di pahami, ternyata umat Buddha memanggil Bikkhu atau Bikkhuni dengan sebutan “Bhante”,, di lantai ini juga tepatnya di belakang altar terdapat ruangan khusus untuk Bikkhu yang disebut dengan “Kuti”, dimana tempat ini tidak sembarang orang yg bisa masuk, terlebih itu perempuan, dan yeng membersihkan kuti ini pun dilakukan oleh Bikkhu dari menyapu, mengepel, mencuci pakaiannya dilakukan sendiri. Di Sangha Therava Indonesia ini, dalam melakukan Puja Bhakti terdapat 4 rangkaian kegiatan yaitu: Menyanyikan Lagu-lagu Buddhis, Pembacaan Parita Suci (kitab suci yang bertujuan untuk menangkal keburukan, mara bahaya), Meditasi dan Ceramah. Upakara yang ada di altar, yaitu dupa, lilin, bunga dan juga buah-buahan (biasanya dari umat).
Selasa 22 Oktober 2019, kami melakukan kunjungan ke Pura Merta Sari Rempoa. Disana kami mewawancarai salah satu Pandita bernama Pandita Wayan Pinda Asmara, beliau menceritakan tentang sejarah berdirinya Pura Merta Sari Rempoa ini. Beliau mengatakan bahwa Pura ini berdiri pada tanggal 31 Januari 1982, kemudian diresmikan oleh bupati dan camat Ciputat pada tahun 1984. Pemberian nama pada Pura Merta Sari Rempoa, dilakukan dengan cara musyawarah. Dalam musyawarah tersebut ditentukan empat orang pandita untuk menuliskan nama pada dupa, setelah itu dilakukan ritual doa. Nama dipilih berdasarkan dupa yang masih bertahan lama dan menyala pada saat ritual berdo’a tersebut, dengan alasan menandakan kekuatan. Nama Merta Sari mempunyai arti, dimana Merta artinya kehidupan dan Sari artinya inti. Jadi Merta Sari yaitu inti kehidupan.
Keyakinan dalam agama Hindu itu ada lima yang biasa disebut Panca Srada. Yaitu:
1. Meyakini Tuhan, Tuhan tidak bisa dibayangkan karena tidak berwujud dan berbentuk
2. Percaya adanya Atman
3. Hukum Karmaphala atau hukum timbal balik, apabila di dunia melakukan perbuatan buruk maka di akhirat dapat balasan yang buruk juga
4. Meyakini Reinkarnasi, proses penghidupan kembali apabila belum bisa mencapai moksa
5. Moksa, tujuan hidup dalam ajaran Hindu, merupakan tujuan untuk mencari kedamaian yang abadi baik di dunia maupun di alam baka (akhirat).

Sebelum memasuki Pura, umat Hindu wajib menyiramkan air suci ke tubuhnya dan wajib memakai selendang kuning yang diikatkan dipinggang. Selendang tersebut bertujuan untuk mengikat hawa nafsu dan ego penggunanya, sedangkan air suci bertujuan agar memberikan ketenangan dalam menjalankan proses ibadah (sembahyang). Sarana upacara yang harus ada ketika melakukan ibadah yaitu: Pertama, air suci, yaitu air yang sudah di doakan oleh Pandita. Kedua, dupa dimana terdapat api dan asap, api tersebut dilambangkan sebagai kekuatan. Ketiga, bunga sebagai sarana untuk ungkapan perasaan. Harus diingat, seorang perempuan ketika sedang mengalami datang bulan dilarang masuk ke tempat ibadah, karena dianggap tidak dalam keadaan suci.





KUMPULAN EBOOK HINDU BUDDHA

Kumpulan e-book Hindu Buddha

https://www.academia.edu/28883132/Buku_agama_hindu_kls_9_.pdf 

1. Buku Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti kelas 9 ini berisi tentang Pengertian Asta Aiswarya serta bagian-bagiannya. Kemudian ada juga pengertian dan bagian-bagian Panca Yama dan Nyama Brata, pengertian dan bagian-bagian Dasa Mala, pengertian Nitya dan Naimitika Yajna serta jenis-jenisnya. Selain itu dalam buku ini pun membahas tentang kedudukan Mahabharata dalam kitab suci veda, lalu ada Samskara, dan terakhir membahas tentang kepemimpinan dalam Hindu. 

https://www.academia.edu/33077268/Buku_Paket_Ilmu_Pengetahuan_Sosial_SMP_MTs_Kelas_VII

2. Buku IPS SMP/MTS kelas 7 ini berisi tentang materi-materi mengenai manusia, tempat, dan lingkungan, interaksi sosial dan lembaga sosial, aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan, dan terakhir tentang kehidupan masyarakat Indonesia pada  masa praaksara,  Hindu-Buddha, dan Islam. Di dalam bab terakhir ini mencakup materi tentang Hindu-Buddha di Indonesia mengenai kehidupan masyarakat pada masa Hindu-Buddha. Bagaimana masuknya kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia, apa pengaruhnya terhadap masyarakat Indonesia serta kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia dan peninggalan-peninggalannya.

https://www.academia.edu/28928920/Kelas_10_sejarah_1_tarunasena.pdf

3. Buku sejarah ini menjelaskan tentang peradaban awal masyarakat di dunia yang berpengaruh terhadap peradaban Indonesia, termasuk peradaban Lembah Sungai Nil, Lembah Sungai Indus, Lembah Sungai Kuning, dan peradaban Lembah Sungai Eufrat dan Tigris.

https://www.academia.edu/36421172/Sejarah_1_Kelas_10_Hendrayana

4. buku ini membahas mengenai perkembangan kebudayaan yang ada di Indonesia. salah satunya perkembangan India. Perkembangan masa perunggu awal di Kepulauan Indonesia bertumpang tindih dengan bermunculan negeri-negeri dagang kecil yang ada pada periode paling awal masa sejarah, yakni masa di mana masyarakat mulai mengenal tulisan. Pada masa ini mulai bermunculan kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha di bagian barat Indonesia. Berbeda dengan pengaruh budaya Vietnam yang kebanyakan berupa perkakas fisik, pengaruh budaya India cenderung lebih dalam hal nonfisik, di antaranya kesusastraan.  



5. Buku ini berisi tentang pedoman pembelajaran agama hindu dan budi pekerti yang membahas tentang sad darsana, upaveda dan masih banyak lagi. Serta pendewasaan bagaimana cara kita mempelajari agama Hindu dengan baik.

Sistem kemasyarakatan, pemerintahan, filsafat dan kepercayaan pada masa hindu-budha di indonesia

SISTEM KEMASYARAKATAN, PEMERINTAHAN, FILSAFAT DAN KEPERCAYAAN PADA MASA HINDU-BUDDHA DI INDONESIA

A.    Sistem Kemasyarakatan.
Menurut ajaran Hinduisme di India, dalam masyarakat terdapat tingkat-tingkat golongan yang bersifat hirachisvertikal. Masing-masing golongan (kasta) satu sama lain tidak ada hubungan sosial secara demokratis, sehingga satu sama lain tidak merupaka golongan (kasta) yang menutup diri terhadap yang lainnya. Dengan kata lain kasta-kasta tidak boleh bergaul dengan kasta lain dibawahnya.
Sistem kasta ini membagi masyarakat dalam beberapa tingkatan sosial, yakni:
1.      Brahmana yang berperan sebagai penasehat raja dan pendidik agama.
2.      Ksatria yang terdiri atas penyelenggara dan penata pemerintahan serta pembela kerajaan (raja, pembantu raja, tentara).
3.      Waisya yang berperan sebagai pedagang, pengrajin, petani, nelayan, dan pelaku seni.
4.      Sudra yang terdiri atas pekerja rendah, buruh, budak, pembantu.
Sementara itu, dalam kerajaan Buddhis pengkastaan tak terlalu berperan karena ajaran Buddha tidak mengenal pengkastaan. Dalam hal ini, masyarakat Buddhis lebih demokratis dan egalitis. Maka dari itu, sistem feodal lebih berkembang di kerajaan-kerajaan bercorak Hindu.
Sistem kasta merupakan penggolongan masyarakat berdasarkan tingkat atau derajat orang yang bersangkutan. Setiap orang sudah ditentukan kastanya. Sistem kasta ini muncul dalam masyarakat Indonesia setelah ada hubungan dengan India. Terdapat empat kasta yaitu kasta Brahmana, Ksatria, Weisya dan Sudra.[1]

B.     Sistem Pemerintahan 
Pengaruh India di Indonesia dalam sistem pemerintahan, adalah adanya sistem pemerintahan secara sederhana. Setelah pengaruh India masuk, kedudukan pemimpin tersebut diubah menjadi raja serta wilayahnya disebut kerajaan. Rajanya dinobatkan dengan melalui upacara Abhiseka, biasanya namanya ditambah “warman”. Contoh: di Kerajaan Kutai, Taruma dan sebagainya.
Bukti akulturasi di bidang pemerintahan, misalnya : raja harus berwibawa dan dipandang punya kesaktian (kekuatan gaib), seperti para Raja disembah menunjukkan adanya pemujaan Dewa Raja.[2]

C.    Filsafat dan sistem kepercayaan
Pada umumnya, filsafat/filosofi merupakan ilmu pengetahuan yang meningkatkan atau menitik beratkan penjelaskan mengenai segala gejala phenomena alam semesta (universe) dengan berlandaskan asasi sebab-musabab mutlak (ultimate causes).
Istilah ‘filosofi’ dalam bahasa Inggris ialah Philosophy (bahasa perancis = philosophie ; bahasa Latin = philoshophia : kata Yunani : philosophia berasal dari filos (teman) dan sophos (kebijaksanaan) = kegemaran akan kebijaksanaan (the love or pursuit of wisdom). Menurut Internasional English Dictionary, kata ‘philosophy’ dapat diartikan sebagai berikut:
Kegemaran akan kebijaksanaan atau pengetahuan terutama mengenai akan realitas mutlak atau dengan sebab-musabab  umum dan dasar-dasar pokok  menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan W. J. S. Poer  wadarminta : falsafat berarti pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai sebab-sebab, asas-asas hukum. Dari pada segala yang ada dalam alam semesta ataupun mengenai kebenaran dan arti “adanya” sesuatu.
Agama Hindu (Bahasa Sanskerta: Sanātana Dharma सनातन धर्म "Kebenaran Abadi" dan Vaidika-Dharma ("Pengetahuan Kebenaran") adalah sebuah agama yang berasal dari anak benua India. Agama ini merupakan lanjutan dari agama Weda (Brahmanisme) yang merupakan kepercayaan bangsa Indo-Iran (Arya). Agama ini diperkirakan muncul antara tahun 3102 SM sampai 1300 SM dan merupakan agama tertua di dunia yang masih bertahan hingga kini. Agama ini merupakan agama ketiga terbesar di dunia setelah agama Kristen dan Islam dengan jumlah umat sebanyak hampir 1 miliar jiwa.
Tuhan dalam agama Hindu disebut Brahmana. Kalimat Brahmana dalam bahasa Hindu lama (sansekerta) yaitu nama bagi Tuhan yang wujud dengan sendirinya, Maha Esa dan Maha Kuasa yang bersifat azali, tidak berawal dan tidak berakhir, yang menciptakan dan menjadi asal dari sekalian alam; Ia tidak dapat diraba dengan pancaindra tetapi hanya diketahui dengan akal.
Brahmana, itu Tuhan yang tunggsal dalam agama Hindu. Tetapi beberapa abad di belakang. Penganut agama Hindu telah merobsah kepercayaan bertuhan satu itu (monotheisme), kepada trimurti atau bertuhan tiga.
Trimurti itu terdiri dari: Brahmana, Wisnu dan Siwa.  Ahli-ahli penyelidik sejarah agama Hindu banyak ayang berpendapat, bahwa lemungkinana benar agama Hindu ini asalmya Samawy, agama langit yang berasal dari pengajaran Tuhan Pencipta semesta alam, melihat ajaranya yang asli kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Hindu seringkali dianggap sebagai agama yang beraliran politeisme karena memuja banyak Dewa, namun tidaklah sepenuhnya demikian. Dalam agama Hindu, Dewa bukanlah Tuhan tersendiri. Menurut umat Hindu, Tuhan itu Maha Esa tiada duanya. Dalam salah satu ajaran filsafat Hindu, Adwaita Wedanta menegaskan bahwa hanya ada satu kekuatan dan menjadi sumber dari segala yang ada (Brahman), yang memanifestasikan diri-Nya kepada manusia dalam beragam bentuk.
Dalam Agama Hindu ada lima keyakinan dan kepercayaan yang disebut dengan Pancasradha. Pancasradha merupakan keyakinan dasar umat Hindu. Kelima keyakinan tersebut, yakni:
1.    Widhi Tattwa - percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan segala aspeknya.
2.    Atma Tattwa - percaya dengan adanya jiwa dalam setiap makhluk.
3.      Karmaphala Tattwa - percaya dengan adanya hukum sebab-akibat dalam setiap perbuata.
4.      Punarbhava Tattwa - percaya dengan adanya proses kelahiran kembali (reinkarnasi).
5.   Moksa Tattwa - percaya bahwa kebahagiaan tertinggi merupakan tujuan akhir manusia.
Salah satu bentuk penerapan monoteisme Hindu di Indonesia adalah konsep Padmasana, sebuah tempat sembahyang Hindu untuk memuja Brahman atau "Tuhan Sang Penguasa".
Agama Hindu merupakan agama tertua di dunia dan rentang sejarahnya yang panjang menunjukkan bahwa agama Hindu telah melewati segala paham ketuhanan yang pernah ada di dunia. Menurut penelitian yang dilakukan oleh para sarjana, dalam tubuh Agama Hindu terdapat beberapa konsep ketuhanan, antara lain henoteisme, panteisme, monisme, monoteisme, politeisme, dan bahkan ateisme. Konsep ketuhanan yang paling banyak dipakai adalah monoteisme (terutama dalam Weda, Agama Hindu Dharma dan Adwaita Wedanta), sedangkan konsep lainnya (ateisme, panteisme, henoteisme, monisme, politeisme) kurang diketahui. Sebenarnya konsep ketuhanan yang jamak tidak diakui oleh umat Hindu pada umumnya karena berdasarkan pengamatan para sarjana yang meneliti agama Hindu tidak secara menyeluruh.
Sekte (aliran) dalam Hindu Jalan yang dipakai untuk menuju Tuhan (Hyang Widhi) jalurnya beragam, dan kemudian dikenallah para dewa. Dewa yang tertinggi dijadikan sarana untuk mencapai Hyang Widhi. Aliran terbesar agama Hindu saat ini adalah dari golongan Sekte Waisnawa yaitu menonjolkan kasih sayang dan bersifat memelihara; yang kedua terbesar ialah Sekte Siwa sebagai pelebur dan pengembali yang menjadi tiga sekte besar, yaitu Sekte Siwa, Sekte Sakti (Durga), dan Sekte Ganesha, serta terdapat pula Sekte Siwa Siddhanta yang merupakan aliran mayoritas yang dijalani oleh masyarakat Hindu Bali, sekte Bhairawa dan Sekte-Sekte yang lainnya. Yang ketiga ialah Sekte Brahma sebagai pencipta yang menurunkan Sekte Agni, Sekte Rudra, Sekte Yama, dan Sekte Indra. Sekte adalah jalan untuk mencapai tujuan hidup menurut Agama Hindu, yaitu moksha (kembali kepada Tuhan), dan pemeluk Hindu dipersilahkan memilih sendiri aliran yang mana menurutnya yang paling baik/ bagus.[3]
Kepercayaan asli bangsa Indonesia adalah animisme dan dinamisme. Percaya adanya kehidupan sesudah mati, yakni sebagai roh halus. Kehidupan roh halus memiliki kekuatan maka roh nenek moyang dipuja.
Masuknya pengaruh India tidak menyebabkan pemujaan terhadap roh nenek moyang hilang. Hal ini dapat dilihat pada fungsi candi. Fungsi candi di India sebagai tempat pemujaan. Di Indonesia, selain sebagai tempat pemujaan, candi juga berfungsi sebagai makam raja dan untuk menyimpan abu jenazah raja yang telah wafat.
Dapat terlihat adanya pripih tempat untuk menyimpan abu jenazah, dan diatasnya didirikan patung raja dalam bentuk mirip dewa. Hal tersebut merupakan perpaduan antara fungsi candi di India dengan pemujaan roh nenek moyang di Indonesia.[4]

Profil Penulis dan Dosen Pengampu

Kelompok 4 Profil Penulis: Aeni Nurul Latifah Serang, 24 Desember 1998 11170321000037 Hobi: Baca Novel dan Memasak Siti Marya...