Kamis, 21 November 2019

Seni Ukir Peninggalan Hindu-Buddha di Indonesia

SENI UKIR PENINGGALAN HINDU

1. Patung Prajnaparamita


https://id.wikipedia.org/wiki/Prajnaparamita_dari_Jawa

    Arca Prajnaparamita ini adalah salah satu mahakarya terbaik seni klasik Hindu-Buddha Indonesia, khususnya seni patung Jawa kuno. Arca dewi kebijaksanaan transendental dengan raut wajah yang tenang memancarkan keteduhan, kedamaian, dan kebijaksanaan; dikontraskan dengan pakaiannya yang raya mengenakan Jatamakuta gelung rambut dan perhiasan ukiran yang luar biasa halus. Dewi ini tengah dalam posisi teratai sempurna duduk bersila di atas padmasana (tempat duduk teratai), dewi ini tengah bermeditasi dengan tangan melakukan dharmachakra-mudra (mudra pemutaran roda dharma). Lengan kirinya mengempit sebatang utpala (bunga teratai biru) yang diatasnya terdapat keropak naskah Prajnaparamita-sutra dari daun lontar. Arca ini bersandar pada stella (sandaran arca) berukir, dan di belakang kepalanya terdapat halo atau aura lingkar cahaya yang melambangkan dewa-dewi atau orang suci yang telah mencapai tingkat kebijaksanaan tertinggi.

2. Prasasti Hantang


https://ngalam.co/2017/04/16/prasasti-hantang-hadiah-raja-jayabhaya-warga-ngantang/
      
         Prasasti Hantang ditemukan di Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang yang dulunya sebuah desa bernama Hantang yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Prasasti berangka tahun 1057 Saka (7 September 1135 M) ini merupakan hadiah dari Raja Jayabhaya untuk warga desa tersebut.
       Prasasti yang terbuat dari batu andesit ini berbentuk batu besar yang ujung atasnya agak bulat dan di bagian bawahnya agak rusak. Aksara yang terpahat di batu prasasti tersebut adalah aksara Jawa kuno dan berbahasa Jawa Kuno pula. Di bagian depan sampai sisi kanan terdiri dari 26 baris dan di bagian belakang sampai sisi kiri terdiri dari 29 baris. Sementara itu, di bagian alasnya terdapat lanjutan kalimat, namun kalimatnya sangat sulit terbaca.

3. Prasasti Batu Tulis


https://www.google.com/search?q=GAMBAR+PRASASTI+BATU+TULIS&safe=strict&client=firefox-b-d&sxsrf=ACYBGNR15h3yROi03MtPqKQIYWgv97lOpQ:1574867128620&tbm=isch&source=iu&ictx=1&fir=wQPAkCsoEyo4kM%253A%252CbVQLpIprR6GqOM%252C_&vet=1&usg=AI4_-kQ1UOybtkgkfY775vPCl86r4y41dA&sa=X&ved=2ahUKEwi-8JOe1YrmAhVGVH0KHQLyAicQ9QEwAHoECAkQBg#imgrc=wQPAkCsoEyo4kM:

       Prasasti Batu Tulis ini merupakan peninggalan dari Kerajaan Galuh Pakuan atau sering disebut dengan Pakuan Pajajaran atau Pajajaran. Sebuh kerjaan Hindu sejak abad 11 -16. Peninggalan sejarah ini adalah berupa tulisan yang ditulis pada batu. Batu yang digunakan adalah batu Terasit, yaitu jenis batu yang berada di sepanjang aliran Sungai Cisadane, Bogor, Jawa Barat. Peninggalan sejarah ini ditulis dengan menggunakan huruf Sunda Kawi atau Pallawa serta memakai bahasa Sansekerta. Prasasti Batu Tulis ini dibangun oleh Prabu Surawisesa yang berkuasa pada kerajaan tersebut. Pada prasasti itu juga terdapat tulisan yang berangka tahun 1455 Saka atau dalam masehi tahun 1533.

4. Prasasti Yupa

https://www.google.com/search?q=prasasti+yupa&safe=active&client=firefox-b-d&sxsrf=ACYBGNQUB0LTSDEisTT194Gry_BUhG_udQ:1575094779448&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwjV1cOmpZHmAhUOfH0KHbucDYMQ_AUoAXoECBAQAw&biw=1366&bih=626#imgrc=bpIWGxoeFgN1lM:  
         Prasasti Yupa adalah salah satu peninggalan sejarah kerajaan kutai yang paling tua. benda bersejarah satu ini merupakan bukti terkuat adanya kerajaan hindu yang bercokol diatas tanah kalimantan.

5. Prasasti Kebon Kopi

https://www.google.com/search?q=prasasti+kebon+kopi&safe=strict&client=firefox-b-d&sxsrf=ACYBGNTQVTE_wwopsmB7akYqnv5H4EULuw:1575095456925&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwjc1cnpp5HmAhVFAXIKHSDgA6AQ_AUoAXoECBIQAw&biw=1366&bih=626#imgrc=g-N0ehPiqZZM7M:
         Prasasti ini ditemukan dikampung muara sejak awal abad XIX ketika diadakan penebangan hutan untuk pembukaan perkebunan kopi.

6. Prasasti Muara Cianten

https://www.google.com/search?q=prasasti+muara+cianten&safe=strict&client=firefox-b-d&sxsrf=ACYBGNQnckHYoA7Du-S8PbDSxJmZXXVJBA:1575096012196&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwij46zyqZHmAhWHf30KHRYbBpYQ_AUoAXoECBAQAw&biw=1366&bih=626#imgrc=O7T2upbQWNcCCM:
        Prasasti ini terletak ditepi sungai cisadane dekat muara cianten yang dahulu dikenal dengan sebutan prasasti pasir muara, karena memang masuk kewilayah kampung pasir muara.

SENI UKIR PENINGGALAN BUDDHA

1. Prasasti Tuk Mas



https://www.romadecade.org/kerajaan-kalingga/#!


       Sebuah prasasti yang dipahatkan pada batu alam besar yang berdiri didekat suatu mata air yang ditemukan dilereng barat gunung merapi tepatnya di Dusun Dakawu, Desa Lebak, Kecamatan Grabag, Magelang.

          

2. Prasasti Sojomerto


https://www.romadecade.org/kerajaan-kalingga/#!
       Merupakan salah satu prasasti yang termasuk peninggalan Kerajaan Mataram Kuno di wilayah Jawa Tengah. Prasasti ini ditemukan di Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah. Tulisan pada prasasti ini dipahatkan pada sebuah batu andesit berukuran panjang 43 cm, tebal 7 cm dan tinggi 78 cm menggunakan aksara Jawa Kuno (KAWI) dan ditulis dalam dialek Bahasa Melayu Kuno. Berdasarkan penggunaan hurufnya, prasasti ini diperkirakan berasal dari abad VII  Masehi. Aksara Jawa Kuno (KAWI) yang digunakan pada prasasti ini merupakan salah satu pengembangan dari aksara Pallava Grantha yang merupakan aksara induk bagi sejumlah dialek bahasa di kawasan Asia Tenggara (Baybayin, Mon, Champa, Khmer, Thai, Java, Bali, Batak, Sunda dll).

3. Arca Batara Guru

https://www.suaramerdeka.com/news/baca/180191/arca-batara-guru-ditemukan-di-kawasan-situs-candisari

      Ditemukan utuh saat proses penggalian (ekskavasi) di kawasan Situs Candisari Kecamatan Bansari, Temanggung. Arca tersebut ditemukan saat Tim Ekskavasi Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Provinsi Jawa Tengah melakukan proses ekskavasi di kawasan Situs Candisari dalam kondisi tertelungkup dengan bagian kepala di sisi utara.
     "Arca itu ditemukan dalam kondisi tengkurap dengan bagian kepala di sisi utara, kondisinya masih utuh tidak tergores alat penggalian pada Minggu (7/4) lalu," ungkap Pengkaji Cagar Budaya BPCB Provinsi Jawa Tengah Winarto saat di Temanggung.
      Arca batu itu tersebut memiliki tinggi 105 centimeter, panjang 44 centimeter, dan lebar 30 centimeter dan kini disimpan di rumah Kadus Candi, Desa Candisari, Parwadi.

4. Arca Wisnu


https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbyogyakarta/arca-dewa-wisnu-2/

       Arca Dewa Wisnu ini terbuat dari batu andesit dan memiliki nomor inventaris BG. 780. Ukuran dari arca ini adalah lebar 33 cm, tebal 22 cm dan tinggi 56 cm. Arca ini berasal dari Groyokan, Sambirejo, Prambanan, Sleman.
       Deskripsi dari arca ini adalah arca dewa Wisnu digambarkan dalam posisi duduk vajrasana di atas padmasana, kaki kanan menumpang kaki kiri. Bertangan empat buah, tangan kanan depan sikap Dhyana mudra dan membawa gada, tangan kanan belakang memegang cakra, tangan kiri depan membawa Padma dan tangan kiri belakang membawa sangkha. Memakai mahkota kiritamakuta dan di belakang terdapat sirascakra. Stella sebelah kiri pecah. (Shinta Dwi Prasasti).

4. Prasasti Kota Kapur


https://situsbudaya.id/prasasti-kota-kapur/

        Prasasti Śrīwijaya yang pertama kali ditemukan, jauh sebelum Prasasti Kedukan Bukit yang baru ditemukan di Palembang pada tanggal 29 November 1920, dan Prasasti Talang Tuwo yang ditemukan beberapa hari sebelumnya yaitu pada tanggal 17 November 1920. Berdasarkan prasasti ini Sriwijaya diketahui telah menguasai bagian selatan Sumatera, Pulau Bangka dan Belitung hingga Lampung. Prasasti ini juga menyebutkan bahwa Sri Jayanasa telah melancarkan ekspedisi militer untuk menghukum “Bhumi Jawa” yang tidak berbakti (tidak mau tunduk) kepada Sriwijaya. Peristiwa ini cukup bersamaan waktunya dengan perkiraan runtuhnya Taruma di Jawa bagian barat dan Holing (Kalingga) di Jawa bagian tengah. Ada kemungkinan hal tersebut akibat serangan Sriwijaya. Sriwijaya tumbuh dan berhasil mengendalikan jalur perdagangan maritim di Selat Malaka, Selat Sunda, Laut Cina Selatan, Laut Jawa, dan Selat Karimata.
     Prasasti Kota Kapur ini, beserta penemuan-penemuan arkeologi lainnya di daerah tersebut, merupakan peninggalan masa Sriwijaya dan membuka wawasan baru tentang masa-masa Hindu-Budha pada masa itu. Prasasti ini juga membuka gambaran tentang corak masyarakat yang hidup pada abad ke-6 dan abad ke-7 dengan latar belakang agama Buddha.

5. Prasasti Telaga Batu


https://situsbudaya.id/prasasti-telaga-batu/

          Yang berisi tentang kutukan untuk mereka yang berbuat jahat di kedautan Sriwijaya dan kini disimpan pada Museum Nasional Jakarta. Di sekitar lokasi penemuan Prasasti Telaga Batu ini juga ditemukan Prasasti Telaga Batu 2 yang menceritakan tentang keberadaam sebuah vihara dan pada tahun sebelumnya juga ditemukan lebih dari 30 buah Prasasti Siddhayatra yang juga sudah disimpan di Museum Nasional Jakarta. Prasasti Telaga Batu dipahat di batu andesit dengan tinggi 118 cm serta lebar 148 cm.
          Pada bagian atas prasasti ada hiasan 7 buah kepala ular kobra serta di bagian tengah terdapat pancuran tempat mengalirnya air pembasuh. Tulisan pada prasasti ini memiliki 28 baris dengan huruf Pallawa dan memakai bahasa Melayu Kuno. Secara garis besar, isi dari tulisan ini adalah tentang kutukan untuk mereka yang berbuat kejahatan di kedatuan Sriwijaya dan tidak mematuhi perintah dari datu. Casparis lalu mengemukakan pendapat jika orang yang termasuk berbahaya dan juga bisa melawan kedatuan Sriwijaya perlu untuk disumpah yakni putra raja (rājaputra), menteri (kumārāmātya), bupati (bhūpati), panglima (senāpati), Pembesar/tokoh lokal terkemuka (nāyaka), bangsawan (pratyaya), raja bawahan (hāji pratyaya), hakim (dandanayaka), ketua pekerja/buruh (tuhā an vatak = vuruh), pengawas pekerja rendah (addhyāksi nījavarna), ahli senjata (vāsīkarana), tentara (cātabhata), pejabat pengelola (adhikarana), karyawan toko (kāyastha), pengrajin (sthāpaka), kapten kapal (puhāvam), peniaga (vaniyāga), pelayan raja (marsī hāji), dan budak raja (hulun hāji).

6. Prasasti Kalasan
https://www.sridianti.com/12-peninggalan-kerajaan-mataram-kuno-kerajaan-medang.html


       Prasasti Kalasan merupakan salah satu prasasti peninggalan Wangsa Sanjaya dari kerajaan Mataram Kuno pada tahun 778 masehi. Prasasti ini menggunakan tulisan dengan huruf Pranagari (India Utara) dan bahasa Sansekerta. Prasasti ini ditemukan di Kecamata Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Saat ini, prasasti ini disimpan di Museum Nasional, Jakarta.




       









          

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Profil Penulis dan Dosen Pengampu

Kelompok 4 Profil Penulis: Aeni Nurul Latifah Serang, 24 Desember 1998 11170321000037 Hobi: Baca Novel dan Memasak Siti Marya...