SENI UKIR PENINGGALAN HINDU
1. Patung Prajnaparamita
https://id.wikipedia.org/wiki/Prajnaparamita_dari_Jawa |
Arca Prajnaparamita ini
adalah salah satu mahakarya terbaik seni klasik Hindu-Buddha Indonesia,
khususnya seni patung Jawa kuno. Arca dewi kebijaksanaan transendental dengan
raut wajah yang tenang memancarkan keteduhan, kedamaian, dan kebijaksanaan;
dikontraskan dengan pakaiannya yang raya mengenakan Jatamakuta gelung rambut
dan perhiasan ukiran yang luar biasa halus. Dewi ini tengah dalam posisi
teratai sempurna duduk bersila di atas padmasana (tempat duduk teratai), dewi
ini tengah bermeditasi dengan tangan melakukan dharmachakra-mudra (mudra pemutaran
roda dharma). Lengan kirinya mengempit sebatang utpala (bunga teratai biru)
yang diatasnya terdapat keropak naskah Prajnaparamita-sutra dari daun lontar.
Arca ini bersandar pada stella (sandaran arca) berukir, dan di belakang
kepalanya terdapat halo atau aura lingkar cahaya yang melambangkan dewa-dewi
atau orang suci yang telah mencapai tingkat kebijaksanaan tertinggi.
2. Prasasti Hantang
https://ngalam.co/2017/04/16/prasasti-hantang-hadiah-raja-jayabhaya-warga-ngantang/ |
Prasasti Hantang ditemukan di Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang
yang dulunya sebuah desa bernama Hantang yang berada di bawah kekuasaan
Kerajaan Majapahit. Prasasti berangka tahun 1057 Saka (7 September 1135
M) ini merupakan hadiah dari Raja Jayabhaya untuk warga desa tersebut.
Prasasti
yang terbuat dari batu andesit ini berbentuk batu besar yang ujung
atasnya agak bulat dan di bagian bawahnya agak rusak. Aksara yang
terpahat di batu prasasti tersebut adalah aksara Jawa kuno dan berbahasa
Jawa Kuno pula. Di bagian depan sampai sisi kanan terdiri dari 26 baris
dan di bagian belakang sampai sisi kiri terdiri dari 29 baris.
Sementara itu, di bagian alasnya terdapat lanjutan kalimat, namun
kalimatnya sangat sulit terbaca.
3. Prasasti Batu Tulis
https://www.google.com/search?q=GAMBAR+PRASASTI+BATU+TULIS&safe=strict&client=firefox-b-d&sxsrf=ACYBGNR15h3yROi03MtPqKQIYWgv97lOpQ:1574867128620&tbm=isch&source=iu&ictx=1&fir=wQPAkCsoEyo4kM%253A%252CbVQLpIprR6GqOM%252C_&vet=1&usg=AI4_-kQ1UOybtkgkfY775vPCl86r4y41dA&sa=X&ved=2ahUKEwi-8JOe1YrmAhVGVH0KHQLyAicQ9QEwAHoECAkQBg#imgrc=wQPAkCsoEyo4kM: |
Prasasti
Batu Tulis ini merupakan peninggalan dari Kerajaan Galuh Pakuan atau sering
disebut dengan Pakuan Pajajaran atau Pajajaran. Sebuh kerjaan Hindu sejak abad
11 -16. Peninggalan sejarah ini adalah berupa tulisan yang ditulis pada batu.
Batu yang digunakan adalah batu Terasit, yaitu jenis batu yang berada di
sepanjang aliran Sungai Cisadane, Bogor, Jawa Barat. Peninggalan sejarah ini
ditulis dengan menggunakan huruf Sunda Kawi atau Pallawa serta memakai bahasa
Sansekerta. Prasasti Batu Tulis ini dibangun oleh Prabu Surawisesa yang
berkuasa pada kerajaan tersebut. Pada prasasti itu juga terdapat tulisan yang
berangka tahun 1455 Saka atau dalam masehi tahun 1533.
4. Prasasti Yupa
Prasasti Yupa adalah salah satu peninggalan sejarah kerajaan kutai yang paling tua. benda bersejarah satu ini merupakan bukti terkuat adanya kerajaan hindu yang bercokol diatas tanah kalimantan.
5. Prasasti Kebon Kopi
Prasasti ini ditemukan dikampung muara sejak awal abad XIX ketika diadakan penebangan hutan untuk pembukaan perkebunan kopi.
6. Prasasti Muara Cianten
Prasasti ini terletak ditepi sungai cisadane dekat muara cianten yang dahulu dikenal dengan sebutan prasasti pasir muara, karena memang masuk kewilayah kampung pasir muara.
Prasasti Yupa adalah salah satu peninggalan sejarah kerajaan kutai yang paling tua. benda bersejarah satu ini merupakan bukti terkuat adanya kerajaan hindu yang bercokol diatas tanah kalimantan.
5. Prasasti Kebon Kopi
Prasasti ini ditemukan dikampung muara sejak awal abad XIX ketika diadakan penebangan hutan untuk pembukaan perkebunan kopi.
6. Prasasti Muara Cianten
Prasasti ini terletak ditepi sungai cisadane dekat muara cianten yang dahulu dikenal dengan sebutan prasasti pasir muara, karena memang masuk kewilayah kampung pasir muara.
SENI UKIR PENINGGALAN BUDDHA
1. Prasasti Tuk Mas
https://www.romadecade.org/kerajaan-kalingga/#! |
Sebuah prasasti yang dipahatkan pada batu alam
besar yang berdiri didekat suatu mata air yang ditemukan dilereng barat gunung
merapi tepatnya di Dusun Dakawu, Desa Lebak, Kecamatan Grabag, Magelang.
https://www.romadecade.org/kerajaan-kalingga/#! |
Merupakan salah satu
prasasti yang termasuk peninggalan Kerajaan
Mataram Kuno di wilayah Jawa Tengah. Prasasti ini ditemukan di Desa
Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah. Tulisan
pada prasasti ini dipahatkan pada sebuah batu andesit berukuran panjang 43 cm,
tebal 7 cm dan tinggi 78 cm menggunakan aksara Jawa Kuno (KAWI) dan ditulis
dalam dialek Bahasa Melayu Kuno. Berdasarkan penggunaan hurufnya, prasasti ini
diperkirakan berasal dari abad VII Masehi. Aksara Jawa Kuno (KAWI)
yang digunakan pada prasasti ini merupakan salah satu pengembangan dari aksara
Pallava Grantha yang merupakan aksara induk bagi sejumlah dialek bahasa di
kawasan Asia Tenggara (Baybayin,
Mon, Champa, Khmer, Thai, Java, Bali, Batak, Sunda dll).
3. Arca Batara Guru
https://www.suaramerdeka.com/news/baca/180191/arca-batara-guru-ditemukan-di-kawasan-situs-candisari |
Ditemukan
utuh saat proses penggalian (ekskavasi) di kawasan Situs Candisari Kecamatan
Bansari, Temanggung. Arca tersebut ditemukan saat Tim Ekskavasi Balai
Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Provinsi Jawa Tengah melakukan proses ekskavasi
di kawasan Situs Candisari dalam kondisi tertelungkup dengan bagian kepala di
sisi utara.
"Arca itu ditemukan dalam kondisi tengkurap dengan bagian
kepala di sisi utara, kondisinya masih utuh tidak tergores alat penggalian pada
Minggu (7/4) lalu," ungkap Pengkaji Cagar Budaya BPCB Provinsi Jawa Tengah
Winarto saat di Temanggung.
Arca batu itu tersebut memiliki tinggi 105 centimeter, panjang 44
centimeter, dan lebar 30 centimeter dan kini disimpan di rumah Kadus Candi,
Desa Candisari, Parwadi.
4. Arca Wisnu
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbyogyakarta/arca-dewa-wisnu-2/ |
Arca Dewa
Wisnu ini terbuat dari batu andesit dan memiliki nomor inventaris BG. 780. Ukuran
dari arca ini adalah lebar 33 cm, tebal 22 cm dan tinggi 56 cm. Arca ini
berasal dari Groyokan, Sambirejo, Prambanan, Sleman.
Deskripsi dari arca ini adalah arca dewa Wisnu digambarkan
dalam posisi duduk vajrasana di atas padmasana, kaki kanan menumpang kaki kiri.
Bertangan empat buah, tangan kanan depan sikap Dhyana mudra dan membawa gada,
tangan kanan belakang memegang cakra, tangan kiri depan membawa Padma dan
tangan kiri belakang membawa sangkha. Memakai mahkota kiritamakuta dan di
belakang terdapat sirascakra. Stella sebelah kiri pecah. (Shinta Dwi Prasasti).
4. Prasasti Kota Kapur
https://situsbudaya.id/prasasti-kota-kapur/ |
Prasasti
Śrīwijaya yang pertama kali ditemukan, jauh sebelum Prasasti Kedukan Bukit yang baru ditemukan di Palembang pada
tanggal 29 November 1920, dan Prasasti Talang Tuwo yang ditemukan
beberapa hari sebelumnya yaitu pada tanggal 17 November 1920. Berdasarkan
prasasti ini Sriwijaya diketahui telah menguasai bagian selatan Sumatera, Pulau
Bangka dan Belitung hingga Lampung. Prasasti ini juga menyebutkan bahwa Sri
Jayanasa telah melancarkan ekspedisi militer untuk menghukum “Bhumi Jawa” yang
tidak berbakti (tidak mau tunduk) kepada Sriwijaya. Peristiwa ini cukup
bersamaan waktunya dengan perkiraan runtuhnya Taruma di Jawa bagian barat dan
Holing (Kalingga) di Jawa bagian tengah. Ada kemungkinan hal tersebut akibat
serangan Sriwijaya. Sriwijaya tumbuh dan berhasil mengendalikan jalur
perdagangan maritim di Selat Malaka, Selat Sunda, Laut Cina Selatan, Laut Jawa,
dan Selat Karimata.
Prasasti Kota
Kapur ini, beserta penemuan-penemuan arkeologi lainnya di daerah tersebut,
merupakan peninggalan masa Sriwijaya dan membuka wawasan baru tentang masa-masa
Hindu-Budha pada masa itu. Prasasti ini juga membuka gambaran tentang corak
masyarakat yang hidup pada abad ke-6
dan abad ke-7 dengan latar belakang agama Buddha.
5. Prasasti Telaga Batu
https://situsbudaya.id/prasasti-telaga-batu/ |
Yang
berisi tentang kutukan untuk mereka yang berbuat jahat di kedautan Sriwijaya
dan kini disimpan pada Museum Nasional Jakarta. Di sekitar lokasi penemuan
Prasasti Telaga Batu ini juga ditemukan Prasasti Telaga Batu 2 yang menceritakan
tentang keberadaam sebuah vihara dan pada tahun sebelumnya juga ditemukan lebih
dari 30 buah Prasasti Siddhayatra yang juga sudah disimpan di Museum Nasional
Jakarta. Prasasti Telaga Batu dipahat di batu andesit dengan tinggi 118 cm
serta lebar 148 cm.
Pada bagian atas prasasti ada hiasan 7 buah kepala
ular kobra serta di bagian tengah terdapat pancuran tempat mengalirnya air
pembasuh. Tulisan pada prasasti ini memiliki 28 baris dengan huruf Pallawa dan
memakai bahasa Melayu Kuno. Secara garis besar, isi dari tulisan ini adalah
tentang kutukan untuk mereka yang berbuat kejahatan di kedatuan Sriwijaya dan
tidak mematuhi perintah dari datu. Casparis lalu mengemukakan pendapat jika
orang yang termasuk berbahaya dan juga bisa melawan kedatuan Sriwijaya
perlu untuk disumpah yakni putra raja (rājaputra), menteri (kumārāmātya),
bupati (bhūpati), panglima (senāpati), Pembesar/tokoh lokal terkemuka (nāyaka),
bangsawan (pratyaya), raja bawahan (hāji pratyaya), hakim (dandanayaka), ketua
pekerja/buruh (tuhā an vatak = vuruh), pengawas pekerja rendah (addhyāksi
nījavarna), ahli senjata (vāsīkarana), tentara (cātabhata), pejabat pengelola
(adhikarana), karyawan toko (kāyastha), pengrajin (sthāpaka), kapten kapal
(puhāvam), peniaga (vaniyāga), pelayan raja (marsī hāji), dan budak raja (hulun
hāji).
6. Prasasti Kalasan
6. Prasasti Kalasan
https://www.sridianti.com/12-peninggalan-kerajaan-mataram-kuno-kerajaan-medang.html |
Prasasti Kalasan merupakan salah satu
prasasti peninggalan Wangsa Sanjaya dari kerajaan Mataram Kuno pada
tahun 778 masehi. Prasasti ini menggunakan tulisan dengan huruf
Pranagari (India Utara) dan bahasa Sansekerta. Prasasti ini ditemukan di
Kecamata Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Saat ini, prasasti ini disimpan
di Museum Nasional, Jakarta.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar